Sesudah impor BBM, berita bahwa Indonesia bakalan juga impor gas tentu cukup mengejutkan, pasalnya selama lebih 35 tahun Indonesia sudah dikenal sebagai negara pengekspor gas. Menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PT PLN, Suryadi Mardjoeki, yang kami kutip dari sebuah majalah, tahun 2015 kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN akan meningkat dari 30 kargo gas alam cair (LNG) menjadi 54 kargo. Muara Karang dan Tanjung Priok misalnya membutuhkan 30 kargo, Muara Tawar 8 - 10 kargo, Sumatera Utara sekitar 12 kargo, Bali dan Makassar 4 - 6 kargo. Kebutuhan ini akan semakin bertambah di tahun 2016. Menurut Suryadi PLN harus bersiap-siap untuk mulai impor gas alam cair (LNG) karena PGN pun sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan gas PLN. Sehubungan dengan mahalnya BBM, PLN masih terus berupaya mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit tenaga listrik dengan beralih ke non BBM salah satunya adalah gas. Saat ini sebuah fasilitas floating storage and regasification unit (FSRU) sudah dibangun di Jawa Barat dan bisa menampung 26 kargo gas alam cair (LNG) untuk dialirkan ke pembangkit listrik PLN. Sementara itu Pabrik LNG Arun di Lhokseumawe sudah tidak memiliki sumber gas alam lagi dan Pertamina mulai mengalihkan fungsi pabrik ini dari pengekspor gas alam cair menjadi pengimpor. Alternatif lain adalah menjadikan Pabrik LNG Arun menjadi pembangkit listrik. Begitu juga Pabrik LNG Badak di Bontang Kalimantan Timur hanya separoh dari 8 train yang berproduksi karena sudah berkurangnya suplai gas. Namun demikian kita masih bisa berharap dari proyek ekspansi LNG Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat yang dioperasikan oleh BP. Diperkirakan tahun 2019 LNG Tangguh akan bertambah dari beroperasi dengan 2 train menjadi 3 train. Potensi gas alam di tanah Papua pun dipercaya masih cukup besar kalau kita mampu mengelolanya secara profesional dan bertanggungjawab.
0 Comments
Berawal dari inisiatif Ketua Alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 1977, Hengki yang sejak pertengahan tahun lalu (2013) mengusulkan agar alumni ITB yang telah berkarya di industri LNG puluhan tahun berbagi pengalaman dalam sebuah program studi di kampus ITB. Beliau kemudian menghubungi Bpk RIJ Soetopo (TK66, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Arun dan Badak), Bpk Yoga P. Suprapto (TK73, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Tangguh Pertamina), Bpk Nanang Untung (TK77, Presdir PT Badak NGL), Bpk Rachmat Hardadi (TK79, GM/Direktur PT Badak NGL), Helfia Nil Chalis (TK77, Mantan Manager Operasi LNG Badak dan LNG Tangguh), Pak Teguh Bakhtiardi (TK77, Manager Pemasaran LNG Tangguh). Alhamdulillah seminar sehari ini dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2014 yang lalu di Ruang Galeri TK Prodi TK, Kampus ITB. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. Seminar diikuti oleh para mahasiswa tingkat akhir Teknik Kimia ITB Angkatan 2010. Ruang Galeri TK yang cukup besar itu penuh sesak tetapi seminar tetap bisa berlangsung dengan tertib dan penuh antusiasme para peserta. Diantara mereka ada juga para alumni baik yang berdomisili di Bandung maupun di Jakarta. Bpk RIJ Soetopo di awal presentasinya menyampaikan kesimpulannya dari perjalanan karirnya selama lebih 30 tahun di industri LNG mulai dari pengembangannya sampai pengoperasian. Kesimpulannya ini disarikannya hanya dalam lima kalimat singkat:
Bpk Yoga P. Suprapto dalam presentasinya secara kelakar menceritakan pengalamannya ketika pertama kali menginjak bumi Papua di awal Proyek LNG Tangguh yang waktu itu masih dirintis oleh Pertamina (sekarang dioperasikan oleh BP). "Turun dari chopper saya melihat penduduk asli Papua, langsung saya dekati dan di memperkenalkan diri: 'Saya Abdullah'." Beliau mengaku kaget karena tidak pernah menyangka di Papua ada penduduk asli yang beragama Islam. Memang daerah Tanah Merah, Teluk Bintuni penduduknya 50% muslim, 50% non muslim. Beliaupun menyayangkan bahwa undang-undang Migas malah membuat industri migas Indonesia banyak dikuasai perusahaan asing.
Pak Nanang Untung dan Pak Rachmat Hardadi yang mendapat giliran presentasi setelah Bpk Yoga berbagi pengalaman tentang upaya mereka berduet membawa PT Badak NGL yang memang harus berubah dari non profit company menjadi 'profit company' yang mandiri. Dalam kurun waktu yang tidak lama yaitu 2 - 3 tahun ke depan PT Badak NGL akan berubah haluan dari LNG Manufacturing company menjadi service company. Sekarangpun kiprah PT Badak NGL sebagai penyedia jasa training, commissioning dan start-up LNG plant sudah sangat dikenal di dunia internasional meskipun PT Badak NGL sendiri belum bisa menikmati keuntungannya karena status legalnya sebagai perusahaan non-profit. Terakhir saya dan rekan Teguh Bachtiardi menyampaikan pengalaman berkarya di LNG Tangguh di mana saya dalam hal pengalaman start-up dan pengoperasian kilangnya sedangkan rekan Teguh mengenai pemasaran LNG. Anda bisa mendownload file presentasi saya di sini. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. Teman-teman tentu tahu pusaran air di tengah sungai? Kalau kita berada dalam pusaran air tersebut, semakin di tengah pusaran, semakin kuat dan dalam badan kita ditarik oleh pusaran sampai ke bawah permukaan sungai. Kalau tenaga kita masih cukup kuat melawan gaya tarik pusaran air itu, selamatlah kita dari tenggelam atau sebaliknya. Begitulah saya mengibaratkan suatu sikap atau pandangan hidup seseorang. Apabila seseorang membiasakan diri berpikir optimis, maka dia akan semakin terdorong untuk menjadi semakin optimis. Sebaliknya seseorang yang terbiasa berpikir pesimis, tanpa dia sadari pikirannya dengan cepat terperangkap pada pemikiran pesimis. Saat itu bisa saja dia tidak mampu lagi berpikir positip, sama seperti orang yang terjebak dalam pusaran air sungai tadi.
Apakah analogi ini bisa dipertanggungjawabkan? Silahkan ambil contoh penyanyi yang anda kenal. Silahkan perhatikan bagaimana masa tua penyanyi yang sering melantunkan lagu-lagu sedih, putus-asa, patah hati. Coba bandingkan dengan penyanyi yang sering membawakan lagu-lagu ceria, optimis, gembira. Mari kita perhatikan juga orang-orang yang hidup di desa dengan segalanya serba apa adanya. Kita sering heran bagaimana mereka bisa tetap senang dan bahagia. Kebiasaan mereka yang optimis terhadap kehidupan, membuat mereka bisa tetap tersenyum meskipun menurut orang kota keadaan mereka memprihatinkan. Inilah rahasianya doa yang diucapkan berulang-ulang dengan penuh penghayatan, yang pasti akan dikabulkan Tuhan. Siapapun dia dan apapun agamanya. Oleh karena itu, perhatikanlah segala sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan. Apabila kebiasaan itu sesuatu yang positip dan optimistis, maka kita akan terdorong menuju kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya berhati-hatilah jangan sampai anda terperangkap rasa pesimis, putus asa dan bukan tidak mungkin anda terdorong untuk bunuh diri. Marilah kita bangun kebiasaan-kebiasaan baik yang akan membawa kita pada pusat pusaran optimis yang akan mendorong kita menjadi bahagia. Salam bahagia selalu. Bintuni, 27 September 2012 Helfia Nil Chalis www.HelfiaStore007.com www.HelfiaStore.com Sebuah Majalah berjudul "Kabar dari Teluk" atau disingkat KaDaTe yang diterbitkan oleh Tangguh LNG dalam rangka menjalin komunikasi dengan masyarakat di Teluk Bintuni di mana Pabrik LNG Tangguh berdomisili, mendapat tempat cukup terhormat di hati penduduk setempat. Majalah ini terbukti mampu menjembatani kesenjangan informasi antara managemen Tangguh LNG dengan masyarakat di sekitar Teluk Bintuni. Begitupun bagi pekerja LNG Tangguh informasi yang disampaikan oleh majalah ini terbukti juga cukup banyak menarik perhatian. Dalam edisi terakhir misalnya, KaDaTe menginformasikan tentang peresmian pengoperasian listrik PLN di Bintuni oleh Gubernur Papua Barat dalam rubrik "Kabar Utama". Ada juga informasi tentang perbaikan pelabuhan kampung di Babo yang sudah mencapai 80%. Selain itu dalam rubrik "Kabar dari LNG" diinformasikan bahwa masyarakat Teluk Bintuni dan Fakfak sangat mendukung AMDAL yang dilakukan LNG Tangguh untuk proyek pengembangan Train-3. Majalah yang mengusung motto "Jujur dan tidak mengada-ada" ini juga secara rutin menulis rubrik "Sosok". Kali ini yang dibahas dadalah Bapak Daniel Asmorom, Ketua DPRD Teluk Bintuni. Putra asal Moskona ini mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran LNG Tangguh yang telah membawa dampak positip bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di kabupaten Teluk Bintuni. Selain itu juga Anna Christine Rumbino yang asli Biak Wondama dan sudah 3 tahun bekerja di LNG Tangguh. Anna mengungkapkan kepada KaDaTe "Selama bekerja di LNG Tanggu, saya mau belajar untuk menghargai orang lain tanpa melihat status mereka. Ini pelajaran berharga yang saya peroleh dan mau saya bagikan kepada rekan-rekan yang lain. Terkadang kita menjadi lupa diri, dan tidak mau untuk belajar rendah hati". Rubrik "Kabar dari Kampung" mengangkat kisah kerjasama Dinkes Teluk Bintuni dan LNG Tangguh dalam melakukan pemantauan dan pendampingan dalam rangka membantu perbaikan gizi balita. Dalam rubrik "Dorang Bicara" (Mereka Bicara), Yusuf Kandani dan Philipus Kabes, Warga Tanah Merah Baru, mengungkapkan harapan mereka agar Pemda Teluk Bintuni dan PLN segera mengalirkan listrik ke kampung Tanah Merah Baru. Adapun rubrik favorit saya adalah rubrik "Para-para mob", guyonan ala Papua dari KaDaTe. Berikut beberapa di antaranya: Piring Pake Pagar Ada paitua satu, kebetulan pace ko pergi ikut acara makan sumbang atau penggalangan dana. Pas acara makan, jadi pace ko pergi isi makanan, tapi makanan pace isi di piring banyak sekali. Setelah isi makanan, paitua mau minta permisi sama orang-orang masih berdiri antri, untuk duduk makan. Karena buru-buru, makanan yang begitu banyak di piring, sebagian tumpah kena anak kecil satu yang duduk di sebelah paitua. Anak kecil ko kaget, trus berdiri baru tegur paitua begini... "Om..kalau mau isi makanan banyak-banyak begitu tuu, ko beli piring yang pake pagar boleh...supaya tara tumpah kena orang lain!!". Titik Makan Koma Ada murid SD kelas 2 lagi pelajaran menulis dan membaca. Jadi de coba tulis di papan tulis apa yang ibu guru sampaikan trus de baca. Di papan tulis anak murid ko tulis begini: "budimakanikanwatimakannasi". Begitu lihat tulisan di papan tulis, ibu guru langsung marah. Mace ko kaseh tahu sama anak murid supaya kalo menulis atau membaca harus memperhatikan tanda baca seperti tanda titik atau koma. "Jang baca langsung-langsung (sambung).... Ko cepat baca ulang..!" Karena grogi takut kena marah, dengan buru-buru anak murid ini ko baca ulang: "Budi makan ikan Wati makan nasi titik makan koma!!". Hari ini rakyat di seluruh wilayah Indonesia berkesempatan ikut menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Alhamdulillah meskipun kami bekerja rotasi dengan KTP dari berbagai daerah di luar Papua, tetapi tetap mendapat kesempatan menyalurkan aspirasi memilih perwakilan untuk daerah pemilihan Papua Barat. Memang prioritas surat suara tambahan diberikan kepada penduduk setempat tetapi nyatanya kami yang tidak berdomisili di Papua Barat tetap mendapat kesempatan memilih. Sebenarnya dengan bekerja rotasi memang separoh dari waktu kami sejak tahun 2007 berada di Papua Barat, tepatnya di Teluk Bintuni di mana lokasi Pabrik LNG Tangguh berada. Sosialisasi pemilu kali ini sangat jauh dengungnya kalau dibandingkan ketika pemilu-pemilu sebelumnya. Masih banyak yang hanya mengetahui tata-cara melaksanakan pencoblosan ketika sudah saatnya untuk mencoblos sehingga kebingungan dan kasak-kusuk bertanya ke sana kemari. Dulu bahkan lagu pemilupun anak-anak banyak yang hapal. Untunglah saya mendapat sedikit informasi dari teman-teman alumni Teknik Kimia ITB 77 melalui WhatsApp (WA) group. Pagi tadi misalnya ada teman saya Sigit Prayudi yang memposting petikan dari Cak Nun (Emha Ainun Najib):
"Kalau dalam Islam sederhana. Kalau misal anda tidak milih, kalau nanti anda berdoa supaya bangsa kita sejahtera nanti Tuhan mengejek juga, 'Lha, kamu ndak milih aja kok minta bangsamu sejahtera.' Jadi malamnya shalat dulu kek, kalau nggak sempat ya dalam hati saja berdoa, 'Ya, Tuhan, gimana mosok saya nggak nyoblos, saya kan warga negara. Saya pilihlah yang kira2 bagus. Cuma saya kan ndak bisa ngontrol dia, Tuhan. Jadi tolong dong, ini saya pilih satu. Setelah saya pilih dan coblos, saya serahkan kpd-Mu. Kalau dia pemimpin yg baik, panjangkan umurnya, beri dia kekuatan, dan bantulah urusan2-nya. Tapi kalau yang aku pilih ini ternyata penghianat, penjilat, penindas rakyat dan sama sekali tdk punya cinta kpd kami2 yg di bawah ini, mbok dilaknat dgn cepat, mbok cepet2 diberi tindakan, Tuhan. Terlalu lama lho kami rakyat Indonesia kayak gini terus bingung nggak habis2. Terus kpd siapa dong aku mengeluh? Kpd siapa dong rakyat Indonesia mengeluh? Kpd DPR? Wong mereka itu yg justru kami keluhkan kpd-Mu ya Allah. Jadi tolong, Tuhan...'" Mari berdoa dan semoga doa kita dikabulkan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin. Sesuatu yang sudah terbiasa kita lakukan apalagi kalau sudah berlangsung sangat lama biasanya sangat sulit untuk dirubah. Ini terbukti ketika saya bertugas di LNG Site Tangguh baru-baru ini. Selama beberapa tahun sejak bergabung dengan LNG Tangguh dan bertugas di LNG Site saya mendapat satu buah mobil untuk berkendara dari kantor ke MCB (Main Control Building) yang jaraknya kurang lebih 2 km. Perjalanan yang hanya 2 km ini membutuhkan sekitar 10 - 15 menit karena kecepatan maksimum dibatasi hanya 30 km/jam. Kunci mobil selalu langsung saya kantongi kalau saya tiba di Gedung Administrasi sebelum masuk kantor. Kebiasaan ini harus terhenti ketika semua kendaraan manajemen di"pool", karena setelah memakai mobil, saya harus mengembalikan kuncinya di "pool" dalam kotak kunci di ruang sekretaris. Beberapa kali terjadi saya lupa mengembalikannya. Agar tidak lupa, saya membiasakan untuk tidak mengantongi kunci ketika sampai di Gedung Administrasi, sehingga ketika masuk kantor langsung ingat untuk mengembalikannya ke dalam kotak kunci "pool". Satu rota berjalan lancar dengan cara ini. Rota kali ini ada kejadian lucu. Begini kisahnya. Usai dari meeting di MCB saya kembali ke kantor. Setelah menindaklanjuti beberapa hal, saya kembali ke MCB untuk inspeksi pabrik. Saya lihat kunci mobil di "pool" dalam kotak kunci hanya satu buah yaitu JP-001. Dalam hati saya berpikir "Ke mana aja, ya mobil-mobil ini kok kuncinya tinggal satu". Tanpa pikir panjang saya ambil saja kunci JP-001 dan mencatatnya dalam buku. Ketika di parkiran sepintas saya lihat ada mobil JP-006 yang tadi pagi saya pakai. Kembali saya berpikir: "Kenapa mobilnya ada tetapi kok kuncinya tidak ada di pool?". Sayapun melanjutkan perjalanan dengan JP-001 ke MCB dan terus ke pabrik. Sekembalinya dari inspeksi pabrik saya menuju JP-001 di parkiran untuk pulang ke Gedung Administrasi. Anehnya remote control mobil tidak berfungsi. Berkali-kali saya coba tetap tidak bisa. Saya coba buka manual juga tidak bisa. Saya periksa remote controlnya, barulah ketahuan masalahnya. Ternyata itu kunci remote control JP-006. Lantas ke mana kunci remote control JP-001? Kan tadi saya yang bawa sendir mobil JP-001?. Saya periksa lagi saku celana, eh...kunci mobil JP-001 memang ada di sana. Baru saya sadar bahwa tadi pagi ternyata saya belum mengembalikan kunci mobil JP-006 ke "pool". Jadi saya tadi membawa kedua kunci mobil itu ke dalam pabrik. Pantas saja saku celana saya terasa lebih berat dari biasanya.
Kalau begitu, mungkin karena sudah terbiasa, ketika turun dari mobil di parkiran Gedung Administrasi pagi itu, secara refleks saya langsung mengantongi kunci. Akibatnya saya lupa untuk mengembalikan kunci mobil JP-006 ke pool sebelum masuk kantor. Ketika saya perlu mobil lagi, saya juga tidak ingat kalau saya masih memegang kunci mobil JP-006 itu sehingga saya meminjam JP-001 untuk ke MCB. Begitu juga ketika saya melihat JP-006 ada di parkiran, tetap belum ingat. Pikiran hanya fokus untuk segera ke pabrik. Begitulah, kedua kunci mobil JP-001 dan JP-006 menemani saya pagi itu dari kantor ke pabrik dan kembali ke kantor. Ha...ha..ha.. akibat faktor "u" barangkali... Mulai tanggal 17 February 2014 yll. LNG Tangguh bersama-sama dengan PLN meresmikan dimulainya suplai listrik ke Kabupaten Bintuni, Papua Barat, menyusul sukses pemasangan dan start-up saluran listrik dari Pabrik LNG Tangguh di Teluk Bintuni. Hal ini merupakan tonggak sejarah dimulainya pemasokan 4 Mega Watts (MW) listrik dari LNG Tangguh. (Lihat juga postingan tahun 2012 di sini). "Untuk pertama kalinya penduduk Bintuni akan memiliki listrik dalam jangka panjang yang akan dikirim dari Pabrik LNG Tangguh dan didistribusikan oleh PLN", demikian William Lin, Regional President Asia Pasific BP mengungkapkan sekaligus mengharapkan agar dalam bulan-bulan mendatang ada kelanjutannya sehingga lebih banyak lagi masyarakant Teluk Bintuni yang bisa menikmati manfaat listrik ini. William Lin melanjutkan bahwa hal ini merupakan bagian dari komitmen BP dari rencana ekspansi Tangguh serta kesadaran akan pentingnya untuk mendukung pengembangan Papua Barat. "Kami ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat, khususnya wilayah administrasi Teluk Bintuni dan UP4B atas dukungan mereka terhadap proyek ini." Sementara itu Presiden Direktur PLN, Nur Pamudji mengatakan, "PLN akan terus menambah rasio kelistrikan dengan menambah pasokan dan distribusi listrik antara lain dengan bersinergi bersama berbagai pihak". Pada waktu distart-up, listrik yang dialirkan ke Bintuni mencapai 1,8 MW dan pelan-pelan naik mencapai puncaknya 2,4MW. Dengan keberhasilan ini diperkirakan puncak beban di Bintuni dan daerah sekitarnya akan cepat naik mencapai 3 sampai 4 MW. Kesepakatan pemasokan dan penggunaan listrik yang ditandatangani oleh BP dan PLN pada tanggal 3 Desember 2013 mencakup pemasokan 4 MW listrik ke PLN selama 20 tahun untuk daerah sekitar Pabrik LNG Tangguh di Teluk Bintuni. BP sudah memiliki pengalaman 45 tahun di Indonesia dan merupakan salah satu investor asing terbesar di negara kita. Kegiatan BP didominasi dengan bisnis eksplorasi dan produksi yang salah satunya adalah operasi LNG Tangguh di propinsi Papua Barat yang mulai beroperasi pertengahan 2009. Kegiatan ekspansi sedang berlangsung untuk penambahan LNG train ke tiga. Tangguh dioperasikan oleh BP Indonesia sebagai kontraktor SKK Migas. BP memegang 37.16% saham dalam proyek ini. Partner kontrak Tangguh lainnya adalah MI Berau B.V. (16.30%), CNOOC Muturi Ltd. (13.90%), Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd. (12.23%), KG Berau/KG Wiriagar (10.00%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7.35%), and Talisman Wiriagar Overseas Ltd. (3.06%). Adapun PLN adalah salah satu BUMN yang sekarang memiliki 11 anak perusahaan, termasuk 5 perusahaan yang terkait dengan pembangkitan listrik. Perusahaan lainnya terkait dengan berbagai bisnis lain yang mendukung operasi PLN. PLN memiliki dan mengelola pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik ke seluruh wilayah Indonesia. PLN memilik 54 juta pelanggan dan masih punya ruang untuk tumbuh memberikan rasio penggunaan kelistrikan di Indonesian berada pada tingkatan 80% dengan laju pertumbuhan lebih dari 8% per tahun. PLNG berkomitmen menyediakan pelayanan terbaik bagi pelanggannya di seluruh Indonesia, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk mengurangi biaya produksi dan terus meningkatkan penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Setiap orang tentu pernah mengalami lupa. Misalnya lupa untuk mengerjakan sebuah tugas penting dengan berbagai macam alasan. Saya sering merencanakan mengerjakan sesuatu ketika dalam perjalanan ke kantor seperti membalas e-mail dari teman yang sudah sehari belum sempat dibaca. Namun, begitu saya membuka laptop terlihat beberapa e-mail lain yang masuk dan lebih urgent. Langsung saya membukanya sehingga lupa dengan niat awal untuk membalas e-mail yang dikirim teman kemarin itu. Begitu seterusnya sampai sudah lewat beberapa hari dan teman yang mengirim e-mail itu mengingatkan saya. Sehubungan dengan 'lupa' ini saya ingin berbagi pengalaman saya beberapa hari yang lalu ketika sedang bertugas di LNG Site Tangguh. Sudah sejak akhir tahun yang lalu semua kendaraaan manajemen di"pool" untuk lebih mengefektifkan penggunaannya. Akibatnya kebiasaan lama saya menyimpan barang dalam mobil harus dihentikan karena bisa jadi tidak menentu rimbanya kalau kebetulah mobil itu dipakai oleh teman yang lain. Alat pelindung diri misalnya tidak bisa lagi ditinggalkan dalam mobil. Setiap manajer sudah mendapat sebuah loker di lantai bawah Gedung Administrasi untuk menyimpan alat pelindung diri seperti helm keselamatan, sepatu keselamatan, sarung tangan dll. Malam itu saya menerima titipan raket badminton. Ketika itu saya menggunakan mobil "pool" manajemen. Tentu saja saya tidak bisa meninggalkan raket badminton itu di dalam mobil. Tetapi ketika sampai di kantor, saya lupa. Kunci mobil sudah saya kembalikan, Saya baru ingat tentang raket itu ketika hari sudah malam. Kalau saya ambil waktu itu hari sudah malam dan tempat parkirnya lumayan jauh. Kalau saya tidak ambil besok pagi, saya juga kuatir jadi gak jelas keberadaan raket itu nantinya. Apa akal supaya saya tidak lupa besok pagi untuk mengambilnya dan menyimpannya? Saya teringat pernah membaca buku "Mega Memory" tentang bagaimana agar tidak lupa. Saya langsung ambil selembar kertas kecil dan mencatat sesuatu untuk mengingatkan saya pagi-pagi besok sebelum berangkat ke kantor. Besok paginya betul saja setelah membaca catatan saya itu saya ingat untuk mengambil raket dari dalam mobil. Tapi ketika sudah di kantor siapa bisa menjamin saya tidak lupa lagi. Maka sebelum keluar kamar saya ubah letak Kartu Identitas saya yang biasanya digantung di sebelah kanan menjadi di kiri. Bukan hanya itu, saya juga merubah handphone yang biasanya saya simpan di kantong kiri ke kantong kanan. Alhamdulillah, kiat ini berhasil. Benar saja, saya hampir lupa lagi seperti biasanya, tetapi ketika saya merogoh handphone di saku kiri tidak ada, seketika itu saya ingat harus mengambil raket dalam mobil. Terus terang baru kali ini saya praktekkan apa yang saya baca dari buku "Mega Memory" dan ternyata hasilnya cukup jitu. Andapun bisa mempraktekkan kiat ini. Dalam buku itu teknik ini disebut dengan "pegging", yaitu mengasosiasikan satu hal terhadap hal lainnya yang ingin kita ingat. Otak kita dalam mengingat adalah dengan cara mengaitkan satu hal atau benda dengan benda lainnya yang sudah kita ingat dengan baik. Dalam hal contoh tadi, letak Kartu Identitas dan letak handphone dalam saku celana adalah dua hal yang sudah saya ingat dengan baik karena sudah terbiasa. Inilah yang saya kaitkan dengan raket yang masih ada di dalam mobil untuk diambil. Semoga tips ini bermanfaat. Sepintas tidak ada yang aneh dengan foto di samping ini. Sayapun ketika menggunakan pakaian coverall seragam Tangguh LNG ini juga tidak merasakan ada sesuatu yang lain dari biasanya. Pagi itu saya sudah ikut dua kali meeting di MCB (Main Control Building) juga tidak ada yang merasa aneh dengan seragam yang saya gunakan. Sampai ketika makan siang saya duduk semeja dengan Franky teman dari Jakarta yang sedang bertugas di LNG Site. Langsung saja teman ini bertanya, "Pak Helfia apa sudah ganti nama Syarifuddin Zainuddin?". Dengan agak heran, tetapi cepat saya menyadari dan memeriksa nama di sebelah kanan pakaian seragam coverall yang saya pakai. Benar saja, nama yang tertera di sana "Syarifuddin Zainuddin", teman saya di Maintenance yang sudah saya kenal sejak di LNG Badak dan bergabung di LNG Tangguh sampai sekarang. Hal yang sama pernah terjadi 2 tahun yang lalu. Saya menduga kali ini bagian laundry Indocater juga melakukan kesalahan yang sama dengan menaruh seragam teman saya Syarifuddin Zainuddin ke kamar saya di DB-504 dan mungkin seragam milik saya dikirim ke kamarnya DA-504. Ketika saya memakai seragam itu pagi-pagi saya tidak merasa pakaiannya kekecilan, tetapi setelah teman di Messhall tadi memberitahu hal itu, baru saya sadar kalau memang agak sempit dan lengannya agak lebih pendek. Segera saya telpon teman saya Syarifuddin Zainuddin dan ternyata dugaan saya benar adanya. Pakaian seragam saya ada di kamarnya DA-504 tapi kebetulan dia sempat memperhatikan jadi tidak sampai terpakai ke tempat kerja. Diapun sebelum ini juga pernah mengalami hal yang sama dan sempat memakai seragam kerja teman yang lain tetapi segera sadar kalau ada yang salah karena ukurannya berbeda. Makan malam di Messhall saya ketemu Syarifuddin. Langsung saja saya dekati dan foto buat kenang-kenangan. Saya mungkin perlu lebih teliti lagi kalau memakai seragam coverall agar jangan sampai terulang yang ketiga kalinya. Memang mengelola laundry untuk 300 an orang di Dormitory LNG Site Tangguh tentu merupakan tantangan tersendiri. Kamipun bisa memaklumi kalau 2 tahun sekali mengalami kesalahan seperti ini. Seandainya hal yang seperti ini terjadi di pabrik LNG tentu ceritanya akan lain. Biasanya setiap peralatan sudah diberi ID atau tag number yang unik agar mengurangi kemungkinan tertukar. Khusus untuk pressure relief valve ada prosedur tersendiri untuk mengatur pencabutan dan pemasangan kembali agar tidak tertukar. Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang "Menilai Resiko dalam Operasi Kilang Migas". Postingan terdahulu sudah pernah menyinggung tentang bahaya-bahaya dalam operasi kilang minyak dan gas. Sejatinya bisnis migas adalah bisnis pengelolaan resiko-resiko bahaya itu, yaitu bahaya-bahaya yang berpotensi ditimbulkan oleh minyak dan gas itu sendiri. Apabila perusahaan gagal dalam mengelolanya bisa dipastikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan akibat kehilangan peralatan atau asset maupun reputasi perusahaan yang ditimbulkannya. Bagaimana kita melakukan penilaian terhadap resiko bahaya-bahaya itu? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu perlu dipahami apa yang disebut dengan resiko itu sendiri. Resiko adalah perpaduan antara kekerapan (frekuensi) suatu peristiwa kecelakaan dengan tingkat keparahannya (severity). Kekerapan terkadang juga diungkapkan dengan cara lain yaitu berupa 'probabilitas' atau kemungkinan terjadinya atau munculnya bahaya itu. Resiko terhadap sebuah bahaya akan tinggi apabila salah satu dari kedua faktor ini tinggi, yaitu kekerapan dan tingkat keparahan, begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya untuk menurunkan tingkat resiko sebuah bahaya maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi kekerapan terjadinya kecelakaan yang bisa memunculkan bahaya tersebut atau mengurangi tingkat keparahannya apabila sampai terjadi kecelakaan. Untuk melakukan penilaian terhadap resiko bahaya kita bisa mengambil pendekatan dengan membaginya dalam beberapa tahap sebagai berikut. Tahap 1 – Memahami operasi atau perubahan yang akan dilakukan. Mengapa kita melakukannya? Apakah cara ini sudah yang terbaik? Apa saja pengalaman yang kita miliki dan apa pelajaran yang sudah kita ambil darinya? Yakinkan bahwa kita melakukan penilaian resiko sesuai dengan lingkup kerja yang akan dilakukan. Tahapan ini paling banyak menghabiskan waktu dalam rangka mencoba agar kita benar-benar memiliki pemahaman yang dalam tentang sistem yang sedang dinilai dan bagaimana keterkaitannya dengan sistem-sistem yang lain. Tahap 2 – Memahami tentang bahaya itu sendiri. Apa saja hal-hal yang bisa berpotensi menimbulkan bahaya seperti bahan kimia, sumber energi (listrik, tekanan, dll). Sering orang terjebak dengan melakukan penilaian resiko terhadap 'barrier' bukan terhadap bahayanya sendiri. Misalnya sebuah valve tidak bisa mengontrol dengan baik. Orang melakukan penilaian tentang apa akibatnya bila valve tersebut tidak bisa mengontrol dengan baik dan lupa bahwa yang harus dinilai adalah bahaya yang harus dikendalikan menggunakan valve tersebut. Kemampuan valve mengontrol adalah sebuah 'barrier' terhadap suatu bahaya. Jadi kita harus menilai resiko bahaya tersebut bukan resiko dari 'barrier'nya sendiri. Tahap 3 – Memahami apa yang bisa menyebabkan bahaya ini muncul dan menimbulkan akibat. Apa yang menyebabkannya terjadi? Umumnya ada dua penyebab utama yaitu, 1. Kegagalan alat, 2. Kesalahan manusia. Tahap 4 – Memahami potensi akibat yang bisa timbul dari bahaya tersebut. Kita harus mempertimbangkan hal terburuk yang bisa terjadi apabila kita tidak melakukan apa-apa atau semua upaya pencegahan dan pengendalian yang kita lakukan gagal. Tahap 5 – Memahami 'barrier' atau pencegahan dan pengendalian yang kita miliki dan efektifitasnya. Gunakan hirarki pengendalian, yaitu: 'Menghilangkan', 'Menggantikan', 'Memisahkan orang dari bahaya', 'Mengendalikan baik secara rekayasa teknik atau prosedural', dan 'Menggunakan Alat Pelindung Diri'. Beberapa perusahaan menggunakan matriks resiko untuk menggambarkan seberapa tinggi resiko bahaya yang sedang dinilai. Matriks ini terdiri dari dua ordinat, satu menggambarkan skala kekerapan kecelakaan dan satu lagi menggambarkan tingkat keparahaannya. LNG Tangguh menggunakan skala matriks 8 x 8 (tingkat kekerapan kecelakaan dan tingkat keparahannya masing-masing diberi skala dari 1 s.d. 8). Tahap 6 – Menentukan apakah kita memerlukan tambahan 'barrier' berdasarkan hasil matriks dari penilaian resiko tadi. Tahap 7 – Mengkomunikasikan hasil penilaian resiko kepada semua pihak yang terlibat atau berpotensi terpapar resiko tersebut seperti orang yang bekerja di sana, atau orang yang memerlukannya untuk mengambil keputusan. Tahap 8 – Meyakinkan semua tindakan yang diperlukan dari hasil penilaian resiko itu sudah diselesaikan dengan baik. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|